Ketika Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, M.Si (baca; JTP HUtabarat) dan Dr. Deny Lumbantoruan sebagai Wakilnya mencalonkan Bupati/Wakil Bupati Tapanuli Utara saya melihat ini adalah sebuah aset, peluang, modal besar, dan harta karun yang sangat besar untuk membangun Tapanuli Utara. Bagaimana mendudukan figur JTP Hutabarat yang punya hasrat besar membangun Tapanuli Utara masa depan yang hebat adalah cita-cita agung beliau karena disitulah tanah kelahirannya. Tidak ada alasan untuk tidak terpanggil untuk Taput, begitulah pemahaman penulis mengenai pencalonan JTP Hutabarat ini.
Tulisan ini bukan untuk mengkultuskan seseorang, tetapi hanyalah bagian dari pendidikan politik. Saya sangat menerima saran dan kritik aats tulisan ini. Tetapi tujuan saya hanya untuk mmeberikan sebuah gambaran dan hak para audens untuk menilainya. Yang pasti tujuan saya adalah pendidikan politik dan mengedukasi masyarakat Tapanuli Utara (Selanjutnya Taput) agar bisa cerdas dalam memilih pemimpinnya kedepan demi sebuah masa depan yang lebih baik.
Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara makin dekat pada 2024 ini. Tantangan yang kita hadapi juga makin berat. Saat ini sering mendengar istilah Revolusi 4.0, era disrupsi, era digitalisasi ekonomi, abad global dan lain sebagainya. Ini adalah sebuah tuntutan yang memaksa kita untuk melakukan perubahan. Artinya, Kabupaten Taput tidak akan bisa sembunyi dari perubahan itu dan akan kita hadapi. Hanya saja kita tetap optimis dan punya pengharapan kalau kita bekerjasama dan mau maju bersama dengan kesepahaman bersama.
Hitung-hitungan politik siapa yang bakal maju menjadi pembahasan (wacana publik) di kedai kopi warung rakyat sampai kemeja elit lokal di Taput. Sebelum dan sesudahnya kita harus sepakti bersama bahwa pilkada Taput adalah mekanisme formal (formal mechanism) untuk menjaring kepala daerah yang mampu memimpin Taput lima tahun kedepan. Dalam proses pilkada Taput asas fair play dan asas sportifitas harus menjadi kesepakatan bersama. Artinya siapapun yang bakal memenangkan pilkada Taput 2024-2029 asal dengan pertarungan yang sehat harus dijunjung oleh semua pihak. Termasuk pihak yang kalah diharapkan legowo. Sebab, kegagalan adalah kemenangan yang tertunda (dare to fail) . Kesempatan masih banyak, toh siapapun yang terpilih jadi Bupati jika tidak mampu mengemban aspirasi masyarakat dengan sendirinya akan diadili masyarakat pada pilkada selanjutnya.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah seperti apa kriteria yang cocok memimpin (leader parameter) Kabupaten Taput kedepan? Ini adalah pertanyaan yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga Pilkada Taput benar-benar mampu memilih pemimpin yang mampu dan tidak untuk memperkaya diri sendiri dengan kelompoknya. Sekali lagi, pilkada Taput merupakan momentum yang sangat monumental dalam rangka membangun Taput kedepan. Kita harus mampu mendudukkan orang yang punya kemampuan dan kapasitas untuk duduk di Taput-1.
Siapa kira-kira orangnya yang mampu? Ini menjadi pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab. Artinya tolak ukur yang digunakan sangat rancu. Tetapi meminjam istilah filsafat ilmu tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Sesulit apapun pertanyaan wajib dijawab. Penulis mencoba melemparkan wacana akademik dengan nuansa berpikir ilmiah. Sudah saatnya masyarakat berbasis ilmiah kita jadikan sebagai paradigma baru dalam bertindak. Globalisasi, era Revolusi 40, kecerdasan buatan kecanggihan IT menuntut tindakan dengan otak dan bukan dengan otot.
Penulis mencoba melemparkan wacana kepada masyarakat seputar pencalonan Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, S.Si, M.Si (Selanjutnya JTP) dan pasangannya Dr. Deny Lumbantoruan, M.Sc sebagai salah satu kandidat yang maju. Dengan melihat judul di atas mengapa JTP harus jadi solusi smart bagi Taput masa depan dan musti dipilih? Penulis mencoba mengajak masyarakat Taput untuk duduk bersama dengan landasan pemikiran ilmiah dan logis. Artinya, penulis bukan mau mempengaruhi masyarakat sebagai variabel mutlak dalam menentukan pemenang pada pilkada Taput tetapi mengajak memahami persoalan konteks kepemimpinan Taput, toh masyarakatlah yang akan menentukan nantinya siapa yang akan menang dalam pilkada Taput 2024 ini.
Dalam pilkada Taput ada tiga hal yang perlu kita garis bawahi. Pertama, mampukah pilkada Taput 2024 memilih pemimpin yang betul – betul punya kemampuan managerial, kompetensi sosial, mampu membaca tanda-tadan jaman dengan kemajuan digitalisasi ekonomi, dan punya loby yang hebat? Kedua, apakah masyarakat mampu menjadi pemilih yang bijak dan rasional yang menggunakan hati nurani dan akal sehat sebagai orang yang akan menetukan pemenang pilkada Taput 2024? Ketiga, pasca selesainya Pilkada Taput 2024 apa konsekuensi dari ketidakmampuan Bupati terpilih jika gagal melaksanakan apa yang menjadi visi dan misinya? Atau apakah ada kontrak politik?
Ketiga hal yang perlu kita garisbawahi di atas harus disosialisasikan kepada masyarakat Taput sehingga pilkada Taput tidak kehilangan substansinya (subjek matter). Berpulang kepada pencalonan JTP Hutabarat/ Denny Lumbantoruan yang dimajukan oleh Partai Golkar dan koalisinya, patut kita acungkan jempol. Mengapa tidak JTP Hutabarat masih sangat enerjik, penuh dengan daya intelektual, visioner, bisa beradaptasi dengan gampang, punya kepekaan sosial dan mengedepankan spirit “team work” adalah modal utamanya yang juga merupakan prasyata untuk jadi pemimpin yang baik bagi masa depan Kabupaten Taput. Perlu kita pahami bersama bahwa bahwa jabatan Bupati itu bukan untuk disakral-sakralkan. Artinya JTP Hutabarat/ Denny Lumbantoruan telah berpesan kepada masyarakat Taput semua warga Kabupaten Taput berhak untuk mencalonkan Bupati. Ini adalah pendidikan politik (political education) yang baik kepada masyarakat dalam rangka pelembagaan proses politik yang sehat dan baik kedepan.
Dalam suatu kesempatan ketika penulis bertemu dengan JTP Hutabarat dalam sebuah wawancara khusus dengan panjang lebar beliau memaparkan apa latar belakang pencalonan, visi dan misi kepada Taput, sampai dengan strategi pemenangangn Pilkada Taput. Ternyata dari pemaparan beliau nuansa akademisnya (terukur secara ilmiah) lebih menonjol. Layaknya seorang dosen yang menceramahi mahasiswanya beliau mengurutkan secara sistematis mengapa JTP Hutabarat mau jadi Bupati.
Disini penulis menangkap sebuah kesan, JTP punya latar belakang pendidikan yang bagus dan sangat paham signifikansi pendidikan dalam mengelola pemerintahan karena dengan latar belakang pendidikan yang baik maka bisa jadi pemimpin yang baik pula (berbanding lurus).
Sekalipun demikian JTP juga sangat menyadari arti pendidikan non formal dan menyadari Fakta yang membuktikan 10 orang terhebat dunia adalah orang- orang yang tidak pernah duduk di perguruan tinggi. Lihat Bill Gate orang terkaya dunia dibawah bendera Microsoft hanya tamat SMU mampu mengubah dunia. Albert Einstein penemu teori relativitas (E=MC2) hanya tamatan SMU. Alfa Edison yang mampu mengubah dunia menjadi terang tidak tamat SMU. Penulis melihat JTP paham benar bahwa bukan pendidikan formal saja yang bisa menempa seseorang jadi pemimpin, tetapi juga pendidikan non formal. JTP sangat menyadari apa artinya Universitas Kehidupan.
Ada beberapa argumentasi mengapa JTP Hutabarat perlu kita menangkan pada Pilkada Taput 2024 ini, yaitu:
Pertama, latar belakang orang asli Kabupaten Taput yang tumbuh dan berkembang di Taput merupakan modal yang paling dasar. Tidak mungkin JTP mau merusak kampung halamannya. Artinya. JTP adalah orang yang sangat berhutang kepada Taput dan menginginkan Taput itu lebih baik kedepan agar Taput jadi rumah kesehahteraan bersama bagi semua masyarakat Taput tanpa suku dan juga tanpa agama.
Kedua, JTP masih sangau muda dan energik sehingga gampang dalam beradapasi dengan berbagai kemajuan. Deori sadar benar kemampuan dalam membangun jaringan (networking) dalam hal penjualan komoditi Taput sangat penting agar Taput bisa masuh dalam konsep m”Taput Giose International”.
Ketiga, JTP punya kemampuan managerial dengan tipikal tegas dan tak kenal kompromi dengan berbagai kejahatan politik. Beliau secara vulgar akan mengatakan yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Dalam praktek penyelenggeraan ototnomi daerah sesuai dengan regulasi UU No 32 Tahun 2004 seorang kepala daerah harus punya kemampuan managerial dengan tipikal tegas sehingga dengan mudah mampu melakukan inovasi- inovasi.
Keempat, JTP selalu dekat dengan rakyat. Ini adalah modal sosial (socail mcapital) yang sangat tinggi dalam melaksanakan pembangunan. Kedekatan dengan rakyat adalah pendekatan gross root. Masyarakat dengan mudah akan menyampaikan keluhannya. Model ini sangat cocok untuk kabupaten Taput. Model elit yang menjaga jarak dengan rakyat sangat jauh dari sosok seorang JTP Hutabarat.
Kelima, JTP punya kemampuan mengubah paradigma birokrasi dengan model birokrasi wirausaha. Artinya beliau mewarisi pemikiran Tedd Gaebler dan Osborne. Ini sangat cocok dengan model pembangunan pertanian. Artinya petani membutuhkan kestabilan harga. JTP akan mampu melaksanakan itu jika kelak terpilih jadi Bupati Taput. Sekali lagi birokrasi dengan corak entrepreneur bureaucracy sebagai paradigma baru sudah saatnya dilakukan di Taput.
Keenam, JTP sangat menghargai kalangan akademisi. Ini adalah modal yang sangat bagus dalam pembuatan Renstra (rencana strategis) dan konsep pembangunan (development concept) Taput mau jadi apa lima tahun kedepan. Apa target yang harus dicapai dan mau dicapai. Sumbangan kaum akademisi sangat cocok untuk pembangunan (master plan) suatu daerah. Khususnya lagi di era desentralisasi yang membutuhkan kreatifitas.
Sebenarnya masih banyak yang bisa diinventarisir tetapi kelima argumentasi di atas adalah nilai jual (added value) yang dimiliki oleh sosok JTP. Sekali lagi apapun ceritanya masyarakatlah yang akan menentukan. Masyarakat adalah penentu dari sebuah sistem demokrasi yang sedang kita perjuangkan ini, termasuk agenda demokrasi lokal. Tinggal lagi bagaimana kita meletakkan persoalan dengan metode ilmiah harus ditumbuh kembangkan. Penulis mengajak semua warga Taput untuk mendiskusikan siapa yang cocok untuk duduk di Taput-1 dan Taput-2 untuk lima tahun kedepan.
Ingat, tantangan yang kita hadapi kedepan bukan lagi dalam skala local tetapi dalam skala global. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alvlin Toffler dalam bukunya Future Shock (1970) kita hidup dalam gelombang dunia ketiga (the third wave) dengan rekayasa perangkat teknologi informasi yang semakin canggih. Jika pemerintah Daerah, termasuk Kabupaten Taput tidak melihat ini kita akan digilas dalam sebuah system yang sangat kejam. Untuk itu jangan salah pilih dalam pilkada Taput 2024 ini. Barangkali sosok JTP Hutabarat dan Deny Lumbantoruan bisa hadir menjadi solusi, di era digitalisasi ekonomi, Revolusi 4.0, kecanggihan IT, kecerdasan buatan bagi Kabupaten Taput masa depan. Sekali lagi, siapapun yang terpilih nantinya adalah Bupati kita bersama. Horas….Horas….Horas….
Penulis adalah: Mantan Sekretaris DPD PIKI Sumut dan GAMKI Sumut/ Pernah Korwil GMKI Sumut Aceh/ Saat Ini Anggota Yayasan UHN Medan