Sebagai pelayan Tuhan, tidak ada alasan tidak punya komitmen dan integritas yang tinggi, dan ini harus dimiliki oleh semua Pendeta HKBP karena HKBP adalah milik Tuhan untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi ini. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Rapat Pendeta (KRP) HKBP Pdt. Maulinus Siregar, STh saat menjadi pembicara dalam agenda Rapat HKBP Distrik XXIII Binjai Langkat di Kantor Disktrik Binjai, Rabu, (6/09/2023). Rapat Distrik Pendeta ini dihadiri oleh Preases HKBP Distrik XXIII Binjai Langkat Pdt. Hercules Sihotang, M.Th.
Pdt. Maulinus juga mengatakan bahwa dalam periode kali ini, pimpinan HKBP masa waktu 2020-2024 sudah menetapkan empat agenda tahunan atau orientasi pelayanan, yakni : Tahun pemberdayaan, Tahun Kesehatian, Tahun Profsionalisme dalam penatalayanan, dan akan ditutup dengan Tahun oikumene inklusif. Masing-masing tahun pelayanan itu memiliki keterkaitan dan keberlanjutan serta penekanan-penekanan khusus, yakni : dalam rangka menuju visi HKBP menjadi berkat bagi sesama manusia/sekitar, tegas Pdt. Maulinus.
Tentu saja, pimpinan gereja kita mempersiapkan agenda tahunan itu untuk memperlengkapi seluruh pelayanan HKBP bersama anggota jemaat, agar memiliki pandangan dan orientasi yang sama dalam melaksanakan tugas pokok gereja sebagai saksi-saksi Kristus. Untuk mencapai sasaran tersebut, dibutuhkan karakter yang kuat, supaya memiliki daya tahan, tenaga dan kekuatan leadership yang baik dan bermutu. Agar lebih optimal/lengkap dalam menghadapi tantangan zaman-roh-roh zaman yang sangat berat dan mengancam kekehidupan Kristiani kita. Dan menurut saya, karakter Kristus lah yang akan memperlengkapi kita, yaitu : karakter mengasihi, karakter mengampuni, karakter yang sabar/taat sampai mati dan karakter rela berkorban ( solider ).
Pertanyaan yang sering mengemuka sekarang ini justru amat memilukan hati, yaitu apakah pendeta HKBP masih memiliki karakter ? Pertanyaan ini, tentu saja akan mendapat reaksi yang keras dari para kalangan pendeta HKBP. Hampir semua akan marah, sebab pertanyaan itu dianggap sinis dan menghakimi. Kita sangat memahami pertanyaan dituduhkan itu serta reaksi kalangan pendeta. Karena itu, sebaiknya mari kita menanggapinya dengan objektif, setidaknya berusaha sedapat mungkin untuk tidak langsung berpihak dan menyalahkan siapapun. Namun, pertanyaan itu justru akan dapat melahirkan dua hal penting dalam merespon pertanyaan dan reaksi yang datang.
Pertama, tambah Pdt. Maulinus, terkait dengan komitmen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komitmen adalah tindakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu. Komitmen adalah suatu sikap yang menunjukkan sejauh mana seseorang mengetahui, mengenal, serta mau terikat terhadap organisasinya. Tentu komitmen kita pertama adalah kepada Tuhan. Secara cukup eksplisit komitmen kita itu dirumuskan dengan baik dalam “poda Tohonan hapanditaon”. Apakah itu masih dihidupi dengan baik ? Jawaban atas pertanyaan itu, tentulah boleh kita respon di dalam hati kita masing-masing. Lalu, apakah kita masih menghormati komitmen kepada Tuhan, atau lebih kuat berkomitmen kepada manusia, oleh suatu janji atau kepentingan tertentu semata-mata. Ini juga berpulang kepada kita masing-masing. Kepada siapa komitmen kita lebih tinggi?
Kedua, integritas adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang artinya utuh dan lengkap. Integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas merupakan gambaran diri kita dalam suatu organisasi yang terlihat dari perilaku dan tindakan sehari-hari. Seseorang yang benar memiliki sebuah intergitas adalah mereka yang dapat diberi kepercayaan lebih. Hal ini didasarkan pada kesesuaian antara perilaku dan ucapannya. Integritas mencerminkan seseorang dengan suatu ciri yang transparan, bertanggungjawab, dan objektif. Beberapa ciri-ciri integritas itu adalah sbb : bersikap jujur tulus dan dapat dipercaya, bertindak transparan dan konsisten, menjaga martabat dan tidak melakukan perbuatan tercela, bertanggung jawab atas hasil kerja, bersikap objektif, harap Pdt. Maulinus
Masih menurut Pdt. Maulinus bahwa, integritas para Pendeta diharapkan lebih mendengar perintah Tuhan daripada manusia atau hidup benar di hadapan Tuhan, serta mengasihi musuh. Itulah hendaknya menjadi sifat dan karakter kita dalam menjalankan tugas dan panggilan pelayanan. Sehingga segala kebaikan Allah dapat dihadirkan dalam pelayanan di segala aras, dari anak-anak hingga kelompok lanjut usia. Tidak ada kategorisasi, kelompok yang ‘memberi keuntungan’ dan kelompok yang tak menguntungkan. Pelayanan harus dilakukan secara total, tidak setengah hati, apalagi tanpa hati, tegas Pdt. Maulinus Siregar mengakhiri paparannya.